Pages

Tuesday, August 25, 2015

BEHIND THE SCENE! YARN 14: BRINK OF SENSES


“Mengapa kau menari di sini?” tanya Kevin lantang. “Bukankah kau bisa menari di panggung dan dapat uang lebih banyak?”
“Aku tidak butuh uang. Aku hanya suka menari. Menari, menari, dan menunggu.”

Keputusan sang ayah untuk pindah ke New York membawa angin segar dalam kehidupan Kevin Huston. Di kota yang sibuk itu, dia bisa melupakan kenangan buruk akan ibunya dan bisa memulai hidup baru tanpa ada yang tahu riwayatnya sebagai mantan pasien di Pusat Rehabilitasi Mental Golden Sunshine (“Senyum, senyum, senyum karena kau ada di Golden Sunshine!”). Kevin berhasil menarik perhatian Carla Friday, gadis paling populer di sekolah dan dia bisa berteman dengan siapa pun yang dia mau. Siapa pun kecuali Scarlett Mendelsohn, gadis penari yang ia temui di Battery Park. Berulang kali Kevin mencoba mendekati Scarlett, tapi gadis itu tidak menggubrisnya, seolah pikirannya berada di tempat lain. Tapi Kevin tidak mau menyerah. Karena ada sesuatu dari gadis itu yang mengingatkannya pada kondisinya dahulu.




Author's Note:
As you already knew, tahun lalu Ice Cube Publisher mengadakan lomba bertajuk YARN yang mengangkat tema Realistic Ficton. 
Ketika saya sedang menjalankan tugas negara yang disebut KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Bangbang, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, saya membuka-buka novel-novel yang pernah saya tulis di laptop saya. Saya temukan suatu naskah yang belum kelar di sana, yang teronggok sendirian, kesepian. Lalu saya baca lagi. Hmm… setelah dipikir-pikir, naskah itu ternyata memuat unsur yang cocok dengan  lomba YARN. AHA! Saya pun segera melanjutkan naskah tersebut, menambahkan ini-ina-inu, meski progress-nya selambat bekicot obesitas yang keberatan cangkang.
Beberapa tahun kemudian…
Ueedaaan! Gak kaleee!
September pun tiba… Saya tengok kalender, tanggal 3 (atau 5, saya lupa) September 2014. Batas pengiriman naskah YARN adalah 8 September 2014. Pergilah saya ke tempat ngeprint somewhere di dekat kampus saya untuk ngeprint naskah. Saya masukan naskah itu ke amplop cokelat besar yang kancingnya lepas, jadi talinya gak bisa dikaitkan (dan saya gak tau kenapa saya gak beli amplop baru aja—mungkin alasannya karena otak saya lagi eror 404), lalu saya staples berkali-kali di ujungnya supaya isinya gak berceceran saat dikirim nanti. Dan beberapa saat kemudian, naskah terkirim.

Pengumuman naskah pemenang dan naskah pilihan editor pun tiba pada Desember 2014. Berapa kali pun saya membaca dan memindai nama-nama di poster pengumuman pemenang itu, sebanyak itu pula saya gak bisa menemukan nama saya. Kemudian semua lagu galau yang saya punya di HP dan laptop mengalun.

Hiks hiks hiks huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!
Oke, itu tadi gak berlebihan, kok. Itu kenyataan.

Pada suatu hari di akhir bulan Maret 2015, saya sedang duduk merenung di meja belajar saya. Ketika saya hendak mengakses HP untuk main Candy Crush Soda (saya gak bisa berhenti main nih game padahal kalah mulu kerjaannya), HP saya berdering tanda ada e-mail masuk. Cek dan baca tiga kali berulang-ulang, saya kejang-kejang. Boong dink. Disebutkan dalam e-mail tersebut, saya diberikan kesempatan kedua untuk membenahi mental saya—eh, bukan! Maksudnya membenahi naskah YARN saya yang waktu itu gagal. Seperti baru saja menang lotre 49 juta rupiah yang biasanya dikirimkan ke saya dalam bentuk SMS penipuan (tapi saya gak pernah ketipu kok, santai aja), saya lompat-lompat kegirangan kayak wong edan.

Setelah berkutat dengan berbagai halangan dan rintangan, salah satunya yang paling mengerikan dan tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya—charger laptop saya meledup kesamber petir saat lagi self-editing naskah, akhirnya naskah kelar. Sebenernya deadline-nya masih lama, tapi karena saya ngebet, saya kirim langsung wes. Hehee…
Kemudian, pikiran saya beralih pada skripsi yang menggenaskan... Mei 2015, saya baru pulang dari diskusi umum bersama teman saya. Waktu itu diskusi dimulai dari jam 10 pagi WITA sampe jam 3 sore WITA. Pulangnya, saya dapet mention di Twitter. Cek HP, saya mendelik. 
Karena waktu itu sinyal jeleq banget sampe pengen ngamuk-ngamuk dan mencak-mencak, saya gak bisa liat poster pengumuman 2 naskah YARN pilihan editor yang di-extend. GGGRRRRRRR!! Saya kabur ke luar rumah, ceritane mau nyari sinyal. Setengah jam kemudian, posternya masih nggak keluar.
Kampred dah ini operator.
Beberapa saat setelah itu, barulah saya mampu melihat posternya. Betapa terkejutnya saya saat melihat nama pena saya yang ganteng itu bersandingan dengan judul naskah saya yang cantik  itu di poster naskah pilihan editor yang di-extend. Dan lagi setelah mendapat e-mail resmi pemberitahuan dari Ice Cube Publisher, seketika saya merasa dunia ini jauh lebih indah dari sebelumnya meski sinyal internet masih sejelek biasanya.


Jadi, secara kronologis, ini adalah perjuangan yang sangaaaaat panjang dan sangat... umm... penuh perjuangan (huh??)!
Novel ini bukan novel pertama yang saya tulis kok. Ini novel keempat atau kelima atau keenam yang saya tulis. Ada beberapa novel yang pernah saya ikutin lomba dan kirim ke penerbit. Kesemuanya lolos tahap pertama, tapi di tahap akhir, gagal total. Sakitnya tuh... di mana-mana!

Brink of Senses adalah novel pertama saya yang lolos hingga akhir! YAAAYY!


NAH, SEGITU SAJA DEH BEHIND THE SCENE-NYA. BIAR GAK SPOILER YAAAAA




Salam
Metha (a.k.a Mertha Sanjaya)

2 comments:

  1. Bhaakkk... Behind the scene macam apa ini? Kayaknya kepribadian penulis blognya mirip-mirip Marcus sepupunya ScarWet?! Ckckckc

    ReplyDelete
  2. Bhaaaakakakakaaa Marcus karakter favoritku xD

    ReplyDelete