NARASI & DIALOG
“Kau
tampak buruk sekali di sini,” kata Albert. Matanya terpusat pada sehelai foto
yang tersemat dalam buku tahunan SMA Maria. Tulisan besar PESTA DANSA MUSIM SEMI dicetak dengan tinta merah tebal di atas
foto-foto murid-murid bergaun dan berjas. Maria dalam foto itu sangat jelek,
memang. Seseorang menyiram sirup pada slip
dress merah jambunya, lalu blitz
kamera memencar ke mana-mana. Biasanya hanya cowok dan cewek populer yang
fotonya akan dimuat di halaman khusus pesta dansa dalam buku tahunan, dan aneh
rasanya foto Maria bisa dimuat di sana. Lantas, beberapa saat kemudian, Maria
tahu semua itu dilakukan untuk mempermalukannya dan gaun basahnya.
“Kenapa
kau tidak menghadiri pesta dansa itu? Itu saat-saat bersejarah bagi semua
senior di SMA,” sahut Maria, bergeser menjauhi Albert di sofa tempat mereka
duduk.
Albert
terkikik. “Pesta dansa itu membosankan.”
Maria
mengangguk. “Semuanya membosankan karena kau tidak ikut.”
“Dan
aku makan burger sendirian.” Albert
memandangnya dengan sorot jail. Seringai membentuk di bibirnya. Dia menaikkan
kakinya ke meja kopi, hanya beberapa senti dari buku tahunan. “Siapa teman
kencanmu waktu itu?”
“James.
James bersekongkol dengan orang-orang yang ingin mempermalukanku,” jawab Maria.
“Kau benar waktu bilang James hanya mempermainkanku. Aku terlalu senang pada
ajakannya ke pesta dansa itu, dan terlanjur setuju.”
Gelak
tawa Albert memanasi dada Maria. Maria merasa tolol. Yah, mungkin dia memang
tolol. Menuruti ajakan seorang cowok badung macam James, dan mencampakan ajakan
kencan makan burger keju dobel dari Albert.
Albert ini temannya sejak kecil! Bodoh sekali Maria lebih memercayai James yang
masih asing baginya daripada teman sejak kecilnya.
“Oke,
aku memang salah,” kata Maria dengan lirih. “Seharusnya aku ikut ajakanmu.”
Albert
menyeringai lagi. Maria curiga temannya ini hanya bisa menyeringai. “Baguslah
kalau kau sudah sadar. Itu artinya kau mau makan burger keju denganku?”
Maria
mengangguk. “Aku tidak akan tertipu lagi sekarang, karena aku memercayaimu.”
***
NARASI
Mata
Albert terpusat pada sehelai foto yang tersemat dalam buku tahunan SMA Maria. Tulisan
besar PESTA DANSA MUSIM SEMI dicetak
dengan tinta merah tebal di atas foto-foto murid-murid bergaun dan berjas. Dia
bilang Maria jelek sekali di fotonya. Gadis itu tahu dirinya memang jelek
dengan slip dress merah jambu basah
tersiram sirup, dan kejelekan itu diabadikan dalam buku tahunan. Biasanya hanya
cowok dan cewek populer yang fotonya akan dimuat di halaman khusus pesta dansa dalam
buku tahunan, dan aneh rasanya foto Maria bisa dimuat di sana. Lantas, beberapa
saat kemudian, Maria tahu semua itu dilakukan untuk mempermalukannya dan gaun
basahnya.
Maria
bergeser menjauhi Albert di sofa tempat mereka duduk, dan bertanya pada
temannya mengapa dia tidak menghadiri pesta waktu itu. Albert terkikik, mengaku
pesta dansa itu membosankan. Albert bukan penggila pesta. Dia lebih memilih
makan burger sendirian, karena Maria
telah menyetujui ajakan James si cowok badung ke pesta dansa itu.
James
bersekongkol dengan orang-orang yang ingin mempermalukan Maria. Dengan sengaja
dia mengajak Maria, agar bisa mempermalukannya di depan para murid. Gadis itu
merasa sangat tolol sudah menerima ajakannya dan mencampakan Albert. Dia
seharusnya mempercayai Albert yang sudah menjadi temannya sejak kecil. Bukan
malah tergoda pada ajakan James dan membuang teman sejak kecilnya.
Mengungkapkan
penyesalan itu memang memalukan, tapi Maria harus mengungkapkannya pada Albert.
Setelah puas menertawainya habis-habisan, Albert mengajak Maria makan burger bersama lagi untuk penebusan
penolakan di masa SMA itu. Kali ini Maria tidak menolak atau merasa tertipu,
karena dia memercayai Albert.
Ikutan #narasiVSdialog dari @KampusFiksi
Total word count: 541
No comments:
Post a Comment