By: Metha
Judul :
A Cup of Tea for Writer
Penulis :
Triatni Retno A., Herlina P. Dewi, dkk
Penerbit :
Stiletto Book
Tahun :
2012
Tebal :
179 halaman
Genre :
Non fiksi-kisah inspiratif
A
Cup of Tea for Writer
ini adalah seri keempat dari seri buku kisah inspiratif A Cup of Tea terbitan Stiletto Book tahun 2012. Berisi empat belas
kisah inspiratif karya kontributor-kontributor seluruh Indonesia yang telah
melalui seleksi, empat kisah inspiratif dari empat penulis tamu yang namanya
sudah sangat dikenal di kalangan pecinta buku Indonesia, dan dua kisah
inspiratif dari pengempu Stiletto Book.
Secara garis besar, buku ini
memuat kisah-kisah inspiratif pembangkit semangat—seperti tagline pada sampul buku—yang mampu menghangatkan hati pembaca.
Saya, sebagai pembaca, dapat merasakan betapa cocok dan klopnya tagline pada sampul buku dengan isi
buku. Tak sebentar saya merenung dan terhanyut selama membaca buku ini. Isinya
sungguh membangkitkan semangat! Tak rugi beli, deh! Hehee :D
Saya akan memulai review singkat ini dari kulit awal,
yaitu sampul. Jujur, saya sangat menyukai kombinasi warna dan ilustrasi
bunga-bunga pada kover, juga secangkir teh yang difoto dari sudut mata burung.
Sekali melihat sampul buku, saya langsung menariknya dari rak buku dan
memelototinya. Indah sekali!
Di sampul belakang, ada potongan gambar laptop, kertas-kertas, dan bunga-bunga (saya suka sekali bunga!). Ilustrasi ini sangat cocok dengan sampul depan, tidak nabrak dan kejedot :P. Ditambah dengan blurb menarik (yang bawa-bawa nama J.K Rowling, penulis idola saya dan pengispirasi saya), saya semakin ingin memilikinya. Juga disebutkan ada tips menulis dari Mbak Reda Gaudiamo. Wah, saya semakin menggebu-gebu ingin memeluk dan mencium buku ini! Maka saya membawa buku ini dari rak toko ke kasir. Meski harus merogoh kocek Rp. 40.000,00 saya tidak rugi. Cinta saya pada buku ini telah membulat! :* :*
Di sampul belakang, ada potongan gambar laptop, kertas-kertas, dan bunga-bunga (saya suka sekali bunga!). Ilustrasi ini sangat cocok dengan sampul depan, tidak nabrak dan kejedot :P. Ditambah dengan blurb menarik (yang bawa-bawa nama J.K Rowling, penulis idola saya dan pengispirasi saya), saya semakin ingin memilikinya. Juga disebutkan ada tips menulis dari Mbak Reda Gaudiamo. Wah, saya semakin menggebu-gebu ingin memeluk dan mencium buku ini! Maka saya membawa buku ini dari rak toko ke kasir. Meski harus merogoh kocek Rp. 40.000,00 saya tidak rugi. Cinta saya pada buku ini telah membulat! :* :*
Masuk ke isi, saya disuguhi
logo A Cup of Tea dan harum kertas
(oke, saya memang suka membaui buku-buku).
Pembatas buku disertakan sebagai bonus. Bentuknya persegi panjang kecil dengan kombinasi warna biru, kuning, dan hijau. Ada ilustrasi kertas-kertas dan bunga-bunga lagi! SUKAAA!!
Pembatas buku disertakan sebagai bonus. Bentuknya persegi panjang kecil dengan kombinasi warna biru, kuning, dan hijau. Ada ilustrasi kertas-kertas dan bunga-bunga lagi! SUKAAA!!

Dimulai dengan ucapan terima kasih, kata pengantar, dan daftar isi, barulah masuk ke kisah inspiratif pertama.
Senangnya Menulis oleh
Triatni Retno A.
Kisah dibuka dengan kegalauan
Mbak Triatni Retno karena orang-orang menganggap novel yang telah difilmkan dan
terjual jutaan eksemplar barulah disebut novel keren. Mbak Triatni Retno pun
galau dan malas menulis. Lalu kisah dilanjutkan dengan sejarah panjang Mbak
Triatni Retno menjajaki dunia tulis-menulis yang penuh lika-liku. Kisah ini
memuat nilai inspiratif bahwa tidak perlu jadi terkenal atau menjual novel
hingga jutaan eksemplar. Yang paling penting, apa yang kita lakukan bisa
bermanfaat bagi orang lain. Sungguh TOP
Sebab Impian Ayah Bukanlah
Impianku oleh Ririe Rengganis
Di sini Mbak Ririe ditentang
oleh ayah beliau karena bermimpi menjadi penulis. Mbak Ririe juga memilih
keluar dari fakultas kedokteran dan masuk ke fakultas sastra demi mengejar
mimpi beliau menjadi seorang penulis. Namun ayah Mbak Ririe tetap tidak bangga,
meski Mbak Ririe sudah menerbitkan buku-buku. Nilai inspiratif yang dapat saya
petik dari kisah ini adalah selalu bisa memaafkan orang lain, dan bahwa
orangtua pasti selalu bangga pada prestasi anak mereka. Saya terharu baca kisah
ini :’)
Tidak Akan Pernah Cukup oleh
Whianyu Sanko
Kisah ini sangat mirip dengan
kisah perjalanan menulis saya. Mbak Whianyu memulai karir menulisnya dengan
mengikuti lomba, yang akhirnya dimenangkan dan menghasilkan sebuah antologi.
Hal ini berlanjut hingga Mbak Whianyu melahirkan tiga antologi (mirip sekali
dengan saya :’D ), dan merasa sangat keren dan hebat. Tetapi Mbak Whianyu malah
melupakan kewajiban utama seorang mahasiswa, yaitu belajar. Kisah ini
mengajarkan bahwa tidak ada penulis yang sombong, karena apa pun yang kita
miliki tidaklah pernah cukup untuk merasa keren dan hebat, apalagi sombong.
Saya pun tertampar dan sadar untuk menendang jauh sekecil apa pun
kesombongan yang sempat merasuki diri saya. Terima kasih, Mbak Whianyu :’D :’D
Tentang Bintang Jatuh,
Narsis, dan Mimpi oleh Adnan Buchori
Mas Adnan merasa dirinya
tidak berbakat menulis. Beliau mulai narsis di media sosial dan bertanya-tanya
ke sana-kemari soal menerbitkan buku. Mas Adnan akhirnya berhasil menerbitkan
sebuah kumcer, tapi sayangnya orang-orang meremehkan kuncer tersebut. Di akhir
kisah, saya belajar walaupun sesuatu tidak dianggap keren oleh orang lain, asal
kita melaksanakannya dengan sepenuh hati, sesuatu itu akan menjadi sangat
istimewa.
Ollie on Writing and Dreams
oleh Ollie
Mbak Ollie adalah seorang
pemimpi. Begitulah yang dituliskan di pembuka kisah inspiratif ini. Bermimpi
dan bermimpi, akhirnya mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan. Mbak Ollie berhasil
menerbitkan lebih dari 25 buku dan berhasil melihat Menara Eiffel dengan mata
kepala sendiri. Kisah ini ditutup dengan mimpi Mbak Ollie semoga Indonesia
memiliki satu one stop book center. Mengagumkan!
Jalan Kecilku oleh Juliana
Wina Rome
Mbak Juliana memiliki hidup
yang sempurna. Semua itu berubah saat orangtua beliau ditipu dan seluruh
rencana beliau gagal total! Mbak Juliana pun merasa drop. Saat chatting di YM, Mbak Juliana disambut
meriah oleh teman-teman beliau, karena beliau sudah tidak lama muncul. Satu
teman Mbak Juliana menyarankan agar beliau menulis untuk menunjang ekonomi
keluarga. Sayang sekali kalau punya bakat tapi tidak digunakan dan
dikembangkan. Berkat saran dari teman itu, Mbak Juliana pun bangkit kembali
sebagai seorang penulis handal. Nilai inspiratif yang saya ambil adalah Tuhan
selalu memberikan jalan kepada umatnya sekecil apa pun itu.
My Lovely Bapak, Abang, and
Cuty oleh Mpok Mercy Sitanggang
Mpok Mercy punya bapak dan
abang yang doyan nulis, sementara Mpok Mercy sendiri pengin jadi aktris! J Tetapi Bapak yakin Mpok Mercy bakal jadi
seorang penulis buat menggantikan beliau. Sungguh terjadi! Mpok Mercy sekarang
jadi seorang penulis bersama laptop merah imutnya yang bernama Cuty. Di sini
saya diajarkan, tidak perlu jadi terkenal, asal ada dukungan dari orang-orang
terkasih semua akan terasa mudah dan menyenangkan.
Runtuhkan Benteng, Jangan
Malah Menciptakannya oleh Nuri Novita
Mbak Nuri sangat suka
menulis, tapi sayangnya orangtua Mbak Nuri tidak mendukung. Tetapi Mbak Nuri
tidak putus asa. Beliau menjadikan tentangan orangtua sebagai sebuah tantangan.
Lahirlah banyak novel karya Mbak Nuri. “Penulis adalah seseorang yang ingin
meruntuhkan benteng. Penulis tidak menciptakan benteng untuk menjadikan
singgasana bagi dirinya sendiri.”—pg 62
Apa Yang Kau Cari? oleh Dian
Kristiani
Menjadi penulis profesional
adalah impian Mbak Dian, agar hasil tulisannya dapat dijadikan mata
pencaharian. Mbak Dian bahkan menerima pesanan naskah yang jumlahnya sangat
banyak demi menafkahi keluarga. Tetapi Mbak Dian malah sakit. Di sini saya
belajar, menulislah karena kau cinta menulis, bukan karena kau mengejar target
materi. Keren banget :D
Pelajaran dari Mawar oleh
Haeriah Syamsuddin
Seorang teman bernama Mawar
meminta Mbak Heriah menuliskan kisah cintanya dalam bentuk cerpen. Memang
cerpen itu berhasil ditulis dan membuat Mawar senang, tapi tidak dengan Andi,
yang menjadi salah satu karakter antagonis cerpen. Kisah ini mengajarkan agar
kita tidak teledor saat menulis cerita yang berdasarkan kisah nyata.
Merangkai Mimpi oleh Monica
Anggen
Profesi sebagai seorang
penulis memang tak luput dari caci maki orang-orang. Begitu pula yang terjadi
pada Mbak Monica. Orangtua dan adiknya sendiri menentang mimpinya menjadi
penulis. Walau demikian, Mbak Monica tidak pernah putus asa.
Cemen yang Mengaku Keren oleh
Setiawan Chogah
Mas satu ini iseng-iseng
menulis namanya sendiri di mesin pencari Google. Seorang sarjana teknik yang
telah memutuskan menjadi seorang penulis. Tapi itu tidak masalah, karena teknik
telah mengajarkan Mas Setiawan untuk menulis secara ergonomis: nyaman, aman,
dan sehat.
Writer versus Editor oleh
Herlina P. Dewi
Kisah dibuka dengan sangat
keren! SMS ancaman! Mbak Herlina cuek saja, tapi SMS ancaman itu terus
bermunculan. Akhirnya, dengan bantuan polisi, Mbak Herlina dapat menguak siapa
pengirim SMS ancaman itu. Kisah pun dilanjutkan dengan perjalanan Mbak Herlina
membangun Stiletto Book hingga jadi sejaya sekarang. Kisah ini mengajarkan agar
kita tidak pernah putus asa, walaupun jalan berliku dan kita diteror psikopat
bersenjata ponsel.
Aku Tak Mau Jadi Penulis Yang
Itu-Itu Saja oleh Widya R.
Wow! Judul kisah ini yang
paling panjang di antara judul-judul lainnya. Berkisah tentang Mbak Widya yang
ingin menjadi seorang marketing andal. Setelah lulus kuliah, beliau diterima
menjadi general manager di sebuah perusahaan swasta. Kerja menulis notula
setiap hari ternyata membosankan bagi Mbak Widya. Mbak Widya pun beralih
profesi menjadi seorang penulis setelah membaca novel bestseller Laskar Pelangi.
Saya setuju dengan ungkapan jangan takut bermimpi setinggi-tingginya.
Writer Family oleh Yas Marina
Perjuangan Mbak Marina untuk
menggapai mimpi menjadi seorang penulis sangat menakjubkan. Sambil mengandung
dan memomong anak, Mbak Marina tetap menulis. Begitu gigih. Sekarang
anak-anaknya sudah menjadi penulis cilik. Mbak Marina yakin mimpinya pasti akan
terwujud.
I Don’t Give A Shit About
Popularity oleh Ika Natassa
Well, jujur, judulnya sangat tidak enak
dibaca. Mungkin kalau nggak pakai kata 'shit' itu, saya lebih doyan baca judulnya. Yah, ini sih cuma pendapat saya, ya. Tetapi itulah gunanya review, pembaca jadi bisa memberi masukan kepada penulis dan penerbit :P
Kisahnya berkisar dalam perjalanan Mbak Ika menjadi penulis hebat. Banyak kalimat dalam bahasa Inggris ditulis di sini, jadi saya kurang menikmatinya. Tapi intinya, jangan pernah berhenti meraih mimpimu.
Kisahnya berkisar dalam perjalanan Mbak Ika menjadi penulis hebat. Banyak kalimat dalam bahasa Inggris ditulis di sini, jadi saya kurang menikmatinya. Tapi intinya, jangan pernah berhenti meraih mimpimu.
Menyusuri Jalan Aksara oleh
Lalu Abdul Fatah
Setelah gagal SPMB tahun
2006, Mas Abdul harus nganggur setahun lagi untuk mengikuti seleksi berikutnya.
Sembari menunggu setahun, Mas Abdul sekolah D-1 Informatika dan Komputer. Di
sekolah itulah, Mas Abdul bertemu dengan dosen yang menjadi awal karirnya
sebagai seorang penulis. Kisah ini mengajarkan agar kita tidak mundur walau
jalan penuh rintangan. Ada juga potongan dari The Other Side of Me karya Sidney Sheldon di akhir kisah!
Sang Pemula (Menjelang) Manula
oleh Ina Inong
Menulis dimulai oleh Mbak Ina
sebagai tambahan penghasilan. Mbak Ina mengikuti pelatihan-pelatihan dan
membuat network dengan sesama
penulis. Nilai inspiratif dalam kisah ini adalah tetap semangat dan kuat mental
untuk meraih mimpimu.
Mabuk Kata-Kata dan Aksara
oleh Skylashtar Maryam
Bagi Mbak Maryam, menulis
bukan sekadar hobi atau rekreasi, tapi juga terapi pengeluaran emosi yang
terpendam. Saya setuju dengan pernyataan ini. Perjalanan Mbak Maryam sangat panjang
dan penuh perjuangan. Saya sampai terharu bacanya.
Mengapa Menulis? oleh Reda
Gaudiamo
Mengapa menulis? Itulah
pertanyaan yang akan dijawab dalam kisah ini. Tulisan pertama Mbak Reda adalah
terjemahan cerpen O’Henry yang dimuat
dalah Majalah Femina. Sejak saat itu, menulis menjadi semacam candu buat Mbak
Reda. Kembali
ke pertanyaan awal, mengapa menulis? Mbak Reda akan menjawabnya di sini. Karena
jawabannya sangat keren, saya tidak akan membocorkannya di sini. Jadi silakan
baca sendiri, ya? Hehee
Begitulah ulasan seluruh
kisah inspiratif dalam buku A Cup of Tea
for Writer. Kisah favorit saya adalah Tidak
Akan Pernah Cukup oleh Whianyu Sanko.
Begitu inspiratif dan menyentuh, karena kisahnya mirip dengan kisah hidup saya.
Hehee.
Kekurangan buku ini cuma berkisar dalam hasil cetakan. Beberapa lembar buku memiliki cetakan tinta kabur dan ada satu garis hitam di sisi kiri kertas. Yah cuma dikit sih, nggak apa deh. Tapi akan lebih baik kalau kualitas cetakan ditingkatkan supaya pembaca dapat membaca dengan lebih nyaman.
Kekurangan buku ini cuma berkisar dalam hasil cetakan. Beberapa lembar buku memiliki cetakan tinta kabur dan ada satu garis hitam di sisi kiri kertas. Yah cuma dikit sih, nggak apa deh. Tapi akan lebih baik kalau kualitas cetakan ditingkatkan supaya pembaca dapat membaca dengan lebih nyaman.
Saya merekomendasikan buku
ini bagi siapa saja yang cinta membaca dan menulis dan membutuhkan kisah-kisah
penyemangat. Dijamin nggak bakal rugi deh!
Terlepas dari kekurangan-kekurangannya, saya berikan 5 OF 5
Diikutsertakan dalam #ReviewBukuStiletto Mei 2014
Diikutsertakan dalam #ReviewBukuStiletto Mei 2014
Iseng-iseng ngetik nama di Google, eh nemu blog ini. Hehehe...
ReplyDeleteSenangnya kalo Metha menyukai buku ini. Semoga bermanfaat ya... Terus menulis dan memberi inspirasi manfaat bagi orang banyak :)